BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Penggunaan
pupuk buatan secara terus-menerus dapat menyebabkan pencemaran sumber-sumber
air yang berarti penurunan kualitas lingkungan. Pupuk buatan yang digunakan
selama ini adalah menyebabkan rusaknya struktur tanah akibat pemakaian pupuk
buatan yang terus menerus sehingga perkembangan akar tanaman menjadi tidak
sempurna. Hal ini juga akan memberi dampak terhadap produksi tanaman yang
diusahakan pada tanah yang biasa diberikan pupuk buatan. Begitu juga dari efek
sarana produksi terhadap lingkungan telah banyak dirasakan oleh masyarakat
petani, penggunaan pupuk buatan yang terus menerus menyebabkan ketergantungan
dan lahan mereka menjadi lebih sukar untuk diolah. Oleh sebab itu perlu di cari
suatu alternatif yang dapat menghemat atau mengurangi penggunaan pupuk buatan.
Pupuk hayati adalah mikrobia yang diberikan ke dalam tanah untuk
meningkatkan pengambilan hara oleh tanaman dari dalam tanah atau udara. Umumnya
digunakan mikrobia yang mampu hidup bersama (simbiosis) dengan tanaman
inangnya. Keuntungan diperoleh oleh kedua pihak, tanaman inang mendapatkan
tambahan unsur hara yang diperlukan, sedangkan mikrobia mendapatkan bahan
organik untuk aktivitas dan pertumbuhannya.
Mikrobia yang digunakan sebagai pupuk hayati (biofertilizer) dapat
diberikan langsung ke dalam tanah, disertakan dalam pupuk organik atau
disalutkan pada benih yang akan ditanam. Penggunaan yang menonjol dewasa ini
adalah mikrobia penambat N, dan mikrobia untuk meningkatkan ketersedian P dalam
tanah.
I.2 Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan pupuk hayati ?
2.
Bagaimana sejarah perkembangan pupuk hayati ?
3.
Bagaimana mekanisme kerja pupuk hayati ?
4.
Bagaimana pupuk hayati pada bidang pertanian ?
5.
Bagaimana pupuk hayati pada bidang kehutanan ?
6.
Apa keunggulan pupuk hayati ?
I.3 Tujuan
Tujuan
dari penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa dapat memahami bagaimana
pengertian dan sejarah dari perkembangan pupuk hayati, keunggulan dari pupuk
hayati, keunggulan pupuk hayati, serta bagaimana pupuk hayati itu sendiri dalam
bidang pertanian dan kehutanan.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Pengertian
Pupuk Hayati
Istilah
pupuk hayati digunakan sebagai nama kolektif untuk semua kelompok fungsional
mikroba tanah yang dapat berfungsi sebagai penyedia hara dalam tanah, sehingga
dapat tersedia bagi tanaman. Pemakaian istilah ini relatif baru dibandingkan
dengan saat penggunaan salah satu jenis pupuk hayati komersial pertama di dunia
yaitu inokulan Rhizobium yang sudah lebih dari 100 tahun yang lalu. Pupuk hayati
didefinisikan sebagai inokulan berbahan aktif organisme hidup yang berfungsi
untuk menambat hara tertentu atau memfasilitasi tersedianya hara dalam tanah
bagi tanaman. Memfasilitasi tersedianya hara ini dapat berlangsung melalui
peningkatan akses tanaman terhadap hara misalnya oleh cendawan mikoriza
arbuskuler, pelarutan oleh mikroba pelarut fosfat, maupun perombakan oleh
fungi, aktinomiset atau cacing tanah. Penyediaan hara ini berlangsung melalui
hubungan simbiotis atau nonsimbiotis. Kelompok mikroba simbiotis ini terutama
meliputi bakteri bintil akar dan cendawan mikoriza. Penambatan N2 secara
simbiotis dengan tanaman kehutanan yang bukan legum oleh aktinomisetes genus
Frankia di luar cakupan buku ini. Kelompok cendawan mikoriza yang tergolong
ektomikoriza juga di luar cakupan baku ini, karena kelompok ini hanya
bersimbiosis dengan berbagai tanaman kehutanan. Kelompok endomikoriza yang akan
dicakup dalam buku ini juga hanya cendawan mikoriza vesikulerabuskuler, yang
banyak mengkolonisasi tanaman-tanaman pertanian.
Sumber
bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk kandang, sisa panen
(jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut kelapa), limbah
ternak, limbah industri yang menggunakan bahan pertanian, dan limbah kota. Kompos
merupakan produk pembusukan dari limbah tanaman dan hewan hasil perombakan oleh
fungi, aktinomiset, dan cacing tanah. Pupuk hijau merupakan keseluruhan tanaman
hijau maupun hanya bagian dari tanaman seperti sisa batang dan tunggul akar
setelah bagian atas tanaman yang hijau digunakan sebagai pakan ternak. Sebagai contoh
pupuk hijau ini adalah sisa–sisa tanaman, kacang-kacangan, dan tanaman paku air
Azolla. Pupuk kandang merupakan kotoran ternak. Limbah ternak merupakan
limbah dari rumah potong berupa tulang-tulang, darah, dan sebagainya. Limbah
industri yang menggunakan bahan pertanian merupakan limbah berasal dari limbah
pabrik gula, limbah pengolahan kelapa sawit, penggilingan padi, limbah bumbu
masak, dan sebagainya. Limbah kota yang dapat menjadi kompos berupa sampah kota
yang berasal dari tanaman, setelah dipisah dari bahan-bahan yang tidak
dapat dirombak
misalnya plastik, kertas, botol, dan kertas.
Sejumlah
bakteri penyedia hara yang hidup pada rhizosfir akar (rhizobakteri) disebut
sebagai rhizobakteri pemacu tanaman (plant growthpromoting rhizobacteria=PGPR).
Kelompok ini mempunyai peranan ganda di samping (1) menambat N2, juga; (2)
menghasilkan hormon tumbuh (seperti IAA, giberelin, sitokinin, etilen, dan
lain-lain); (3) menekan penyakit tanaman asal tanah dengan memproduksi
siderofor glukanase, kitinase, sianida; dan(4) melarutkan P dan hara lainnya. Sebenarnya
tidak hanya kelompok ini yang memiliki peranan ganda (multifungsi) tetapi juga
kelompok mikroba lain seperti cendawan mikoriza. Cendawan ini selain dapat
meningkatkan serapan hara, juga dapat meningkatkan ketahanan tanaman terhadap
penyakit terbawa tanah, meningkatkan toleransi tanaman terhadap kekeringan,
menstabilkan agregat tanah, dan sebagainya, tetapi berdasarkan hasil-hasil
penelitian yang ada peranan sebagai penyedia hara lebih menonjol daripada
peranan-peranan lain. Pertanyaan yang mungkin timbul ialah apakah multifungsi
suatu mikroba tertentu apabila digunakan sebagai inokulan dapat terjadi secara
bersamaan.
FNCA
Biofertilizer Project Group (2006) mengusulkan definisi pupuk hayati sebagai
substans yang mengandung mikroorganisme hidup yang mengkolonisasi rizosfir atau
bagian dalam tanaman dan memacu pertumbuhan dengan jalan meningkatkan pasokan
ketersediaan hara primer dan/atau stimulus pertumbuhan tanaman target, bila
dipakai pada benih,permukaan tanaman, atau tanah.Pengertian pupuk hayati pada
buku ini lebih luas daripada istilah yang dikemukakan oleh Subha Rao (1982) dan
FNCA Biofertilizer Project Group (2006).Mereka hanya membatasi istilah pupuk
hayati pada mikroba, sedangkan istilah yang dipakai pada buku ini selain
melibatkan mikroba juga makrofauna seperti cacing tanah.Bila inokulan hanya
mengandung pupuk hayati mikroba, inokulan tersebut dapat juga disebut pupuk
mikroba (microbial fertilizer)
Ø
Fungsi dari pupuk hayati :
a)
Soil Regenarator = Pembangkit
kembali kehidupan tanah
b)
Feeding the soil that feed the
plant = memberikan makanan pada tanah selanjutnya tanah akan memberi makanan
pada tanaman.
II.2 Sejarah
Perkembangan Pupuk Hayati
Sejarah
penggunaan pupuk pada dasarnya merupakan bagian daripada sejarah pertanian
maupun kehutanan. Penggunaan pupuk diperkirakan sudah mulai pada permulaan dari
manusia mengenal bercocok tanam >5.000 tahun yang lalu. Bentuk primitif dari
pemupukan untuk memperbaiki kesuburan Pupuk Hayati tanah terdapat pada
kebudayaan tua manusia di negeri-negeri yang terletak di daerah aliran
sungai-sungai Nil, Euphrat, Indus, di Cina, Amerika Latin, dan sebagainya.
Lahan-lahan pertanian yang terletak di sekitar aliran-aliran sungai tersebut
sangat subur karena menerima endapan lumpur yang kaya hara melalui banjir yang
terjadi setiap tahun.
Menurut Simanungkalit (T.T). Bakteri penambat nitrogen rhizobia merupakan
pupuk hayati pertama di dunia yang dikenal dan telah dimanfaatkan lebih dari
100 tahun sejak pertama kali digunakan untuk menginokulasi benih
kacang-kacangan. Hermann Riegel dan Hermann Wilfarth, dua orang peneliti Jerman
yang pertama kali mendemonstrasikan adanya proses penambatan nitrogen secara
simbiosis pada tanaman kacang-kacangan yang termasuk Papilionaceae melalui
publikasi pada tahun 1888 (Schilling, 1988 dalam Simanungkalit, T.T).
Mereka mengadakan percobaan pada oat, buckwheat, rape, pea, serradella, dan
lupin dengan menggunakan pasir murni yang sama sekali tidak mengandung nitrogen
sebagai medium tumbuh. Kemudian medium tadi ditambah unsur lain yang perlu.
Semua tanaman tumbuh sampai nitrogen yang ada di biji habis. Kemudian ke setiap
pot ditambahkan sedikit ekstrak tanah permukaan yang keruh, yang mengandung
0,3-0,7 mg nitrogen. Penambahan ekstrak tanah tidak berpengaruh terhadap oat,
buckwheat maupun rape, tetapi tanaman tetap pada kondisi “kelaparan nitrogen”.
Sebaliknya, ketiga kacang-kacangan (pea, serradella, dan lupin) pulih dari
“kelaparan nitrogen”, tiba-tiba menjadi hijau tua dan selanjutnya tumbuh luar
biasa baiknya. Mereka membuat kesimpulan bahwa tanaman kacang-kacangan
menggunakan nitrogen atmosfir sebagai sumber nitrogen. Bintil terbentuk pada
tanaman kacang-kacangan setelah terjadi infeksi oleh mikroorganisme tertentu.
Bintil ini tidak hanya menjadi cadangan protein tanaman tetapi pada bintil ini
juga terjadi hubungan kausal antara keberadaan bakteri dan penambatan nitrogen.
Pada tanggal 20 September 1886, Hellriegel memberikan
presentasi tentang hasil penelitian mereka pada pertemuan ke-59 ilmuwan
pengetahuan alam dan dokter Jerman di Berlin. Pada tahun 1930-an dan 1940-an
berjuta-juta hektar lahan yang ditanami berbagai tanaman di Uni Soviet diberi
inokulan Azotobacter. Inokulan diformulasikan dengan berbagai cara dan
disebut sebagai pupuk bakteri Azobakterin. Pupuk bakteri lain yang disebut
sebagai fosfobakterin mengandung Bacillus megatherium dan telah
digunakan secara luas di Eropa Timur. Bakteri ini diduga menyediakan fosfat
yang terlarut dari pool tanah ke tanaman. Tetapi penggunaan kedua pupuk ini
kemudian terhenti. Terjadinya krisis energi pada tahun 1970-an telah mendorong
kembali perhatian dunia kepada penggunaan pupuk hayati.
Di
Indonesia, pupuk hayati dalam bentuk inokulan bakteri bintil akar telah
digunakan untuk menginokulasi kedelai dalam skala besar pada tahun 1981 di
daerah-daerah transmigrasi (Jutono, 1982 dalam Simanungkalit, T.T). Padahal
pembuatan inokulan skala laboratorium telah dimulai pada tahun 1938 di
Plantkundige Institut dan Laboratorium Treub di Bogor. Jamur mikoriza adalah
sekelompok jamur tanah yang diketahui dapat berfungsi sebagai pupuk hayati.
Sekalipun keberadaan jamur mikoriza sudah diketahui lebih dari 100 tahun yang
lalu, namun penggunaannya sebagai pupuk hayati mungkin baru mulai sejak Mosse
(1957) mengetahui peran jamur mikoriza dalam penyerapan fosfor oleh tanaman.
Penggunaan pupuk hayati untuk membantu
tanaman memperbaiki nutrisinya sudah lama dikenal. Pupuk hayati pertama yang
dikomersialkan adalah rhizobia, yang oleh dua orang ilmuwan Jerman, F. Nobbe
dan L. Hiltner, proses menginokulasi benih dengan biakan nutrisinya dipatenkan.
Inokulan ini dipasarkan dengan nama Nitragin, yang sudah sejak lama diproduksi
di Amerika Serikat.
Di
Indonesia sendiri pembuatan inokulan rhizobia dalam bentuk biakan murni
rhizobia pada agar miring telah mulai sejak tahun 1938, tapi hanya untuk
keperluan penelitian. Sedangkan dalam skala komersial pembuatan inokulan rhizobia
mulai di Laboratorium Mikrobiologi, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta sejak tahun 1981 untuk memenuhi keperluan petani transmigran. Pada
waktu itu inokulan diberikan kepada petani sebagai salah satu komponen dalam
paket yang diberikan dalam proyek intensifikasi kedelai. Penyediaan inokulan
dalam proyek ini berdasarkan pesanan pemerintah kepada produsen inokulan, yang
tadinya hanya satu produsen saja menjadi tiga produsen. Inokulan tidak tersedia
di pasar bebas, tetapi hanya berdasarkan pesanan. Karena persaingan yang tidak
sehat dalam memenuhi pesanan pemerintah ini, dan baru berproduksi kalau ada
proyek, mengakibatkan ada produsen inokulan yang terpaksa menghentikan produksi
inokulannya, pada hal mutu inokulannya sangat baik.
II.3 Mekanisme Kerja Pupuk Hayati
Bentuk-bentuk inokulan pupuk mikroba yang biasa digunakan adalah
biakan agar, biakan cair, biakan kering, biakan kering beku, dan tepung.
Inokulan yang digunakan secara luas di lapangan adalah yang berbentuk biakan cair
dan tepung. Untuk memudahkan aplikasi dilapangan diperlukan bahan pembawa
(carrier). Sebagai bahan pembawa inokulan tepung, dapat digunakan bahan organik
seperti gambut, arang, sekam, dan kompos. Untuk bahan pembawa anorganik
digunakan bentonit, vermikulit, atau zeolit.
Petani menggunakan pupuk mikroba dengan harapan dapat meningkatkan
hasil dan mutu tanaman pada tingkat biaya yang rendah melalui penghematan
tenaga kerja dan pupuk kimia. Namun, sering dijumpai bahwa pupuk mikroba yang
dijual tidak menunjukan sifat mikrobiologis, artinya mikroorganisme yang
terdapat dalam produk tersebut tidak dapat di identifikasi dan komposisinya
tidak sesuai dengan yang tertera pada label kemasan. Banyak produk tersebut
diiklankan seolah-olah dapat menyelesaikan semua masalah yang dihadapi petani.
Pupuk mikrobiologis bukanlah pupuk biasa yang secara
langsung meningkatkan kesuburan tanah dengan menambahkan nutrisi
ke dalam tanah. Pupuk mikrobiologis menambahkan nutrisi melalui proses alami,
yaitu fiksasi nitrogen atmosfer, menjadikan fosfor bahan
yang terlarut, dan merangsang pertumbuhan tanaman melalui sintesis
zat-zat yang mendukung pertumbuhan tanaman. Mikroorganisme dalam pupuk
mikrobiologis mengembalikan siklus nutrisi alami tanah dan membentuk material
organik tanah. Melalui penggunaan pupuk mikrobiologis, tanaman yang sehat dapat
ditumbuhkan sambil meningkatkan keberlanjutan dan kesehatan tanah.
1.
Mengikat Nitrogen (N) yang
melimpah di udara (74%), sehingga N tersedia bagi tanaman.
2.
Mengikat Pospor (P) dan Kalium
(K) yang banyak terdapat di tanah, sehingga P dan K tersedia bagi tanaman.
3.
Mengeluarkan zat Pengatur
Tumbuh (Z.P.T) yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman.
4.
Menguraikan sisa-sisa limbah
organik tanah untuk dijadikan sumber nutrisi tanaman.
5.
Mengendalikan penyakit tanaman
karena berisi mikroorganisme antagonis terhadap tanaman.
II.4 Pupuk Hayati
Pada Bidang Pertanian
Produktivitas
pertanian saat ini sebagian besar didukung oleh penggunaan bahan kimia yang
intensif. Sayangnya, penggunaan bahan kimia ini tidak dilakukan dengan
bijaksana.Pestisida digunakan tanpa aturan dan pupuk anorganik digunakan secara
berlebihan.Akibatnya, lingkungan menjadi rusak.Banyak ekosistem di sekitar
daerah pertanian telah menjadi mati akibat terjadinya ketidakseimbangan pada
rantai makanan. Pada suatu titik, bila tidak ada perubahan paradigma, maka
produk pertanian akan bermasalah, kuantitas dan mutunya akan terus semakin
menurun.
Dewasa
ini pupuk anorganik menjadi andalan utama dalam mempertahankan dan meningkatkan
produktivitas pertanian.Namun, penggunaannya sudah sangat berlebihan dari yang
sebenarnya diperlukan oleh tanaman. Dari seluruh jenis pupuk anorganik yang
digunakan sebagai input pada pertanian, maka pupuk nitrogen (N) merupakan yang
paling banyak dan intensif digunakan petani. Oleh karenanya, pupuk N anorganik
inilah yang paling banyak disalahgunakan.
Untuk
mengurangi ketergantungan pada pupuk nitrogen anorganik, diperlukan terobosan
baru di bidang pertanian.Ada beberapa pendekatan yang bisa dilakukan antara
lain irigasi mikro, pertanian organik, eko-pertanian, dan pemanfaatan bakteri
akar pemacu pertumbuhan tanaman (BPPT).Dari pilihan yang tersedia saat ini,
maka pemanfaatan BPPT merupakan opsi yang menjanjikan.Selain secara ekonomi
sangat menguntungkan, BPPT juga sangat ramah lingkungan sehingga diharapkan
peningkatan produktivitas hasil pertanian dapat terus berkesinambungan
selamanya.
Menurut
Aeron et al. (2011) ada beberapa jenis mikroba yang berpotensi untuk
dimanfaatkan. Bakteri tersebut antara lain Actinoplanes, Agrobacterium,
Alcaligens, Amorphosporangium, Arthrobacter, Azospirillum, Azotobacter,
Bacillus, Burkholderia, Cellulomonas, Enterobacter, Erwinia, Flavobacterium,
Gluconacetobacter, Microbacterium, Micromonospora, Pseudomonas, Rhizobia,
Serratia, Streptomyces, Xanthomonas. Bakteri ini hidup baik di daerah
rhizosfer, sehingga mereka diberi nama rhizobakteri. Namun, bakteri ini
difokuskan pada Azospirillum.
Azospirillum
Azospirillum
adalah bakteri yang hidup di daerah perakaran tanaman. Bakteri ini berkembang
biak terutama pada daerah perpanjangan akar dan pangkal bulu akar. Sumber
energi yang mereka sukai adalah asam organik seperti malat, suksinat, laktat,
dan piruvat (Hanafiah et al., 2009).
Genus Azospirillum
Menurut
Reis et al. (2011), Azospirillum adalah bakteri gram negatif, termasuk dalam
phylum alphaproteobacteria. Bakteri ini hidup pada lingkungan dan tanaman yang
beraneka ragam, tidak hanya tanaman agronomi yang penting, seperti sereal,
tebu, rumput, tetapi juga pada tanaman lain seperti kopi, buah-buahan dan
bunga-bungaan. Azospirillum adalah bakteri aerobik kemoorganotrop
non-fermentatif, vibroid dan memproduksi fitohormon, terutama auksin. Mereka
menggunakan beberapa sumber karbon terutama gula dan alkohol gula.
Satu
spesies baru berhasil diisolasi dari tanah yang terkontaminasi minyak oleh
peneliti Taiwan yang menggunakan nutrisi agar. Spesies tersebut diberi nama A.
rugosum. Pada tahun 2009, dua spesies baru berhasil ditemukan lagi, yaitu A.
palatum dan A. picis.A. palatum diisolasi dari tanah di China dan A. picis di
Taiwan.Terakhir, spesies baru A. thiophilum diisolasi dari Rusia.Walaupun
spesies ini memiliki hubungan yang erat dengan spesies Azospirillum lainnya,
tetapi spesies ini mampu tumbuh sebagai miksotropik pada kondisi yang
mikroaerobik.
Isolasi Azospirillum spp.
Menurut
Eckert et al. (2001) isolasi Azospirillum spp. dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut. Akar tanaman tertentu dan tanah rhizosfer diambil dari lapangan di
mana tanaman tersebut telah tumbuh lama di sana. Akar-akar tanaman dicuci
dengan air steril dan kemudian digerus dalam larutan sukrosa 4% dengan
menggunakan mortar dan pastel.Wadah kecil (sekitar 10 ml) yang mengandung 5 ml
medium NFb semi-solid bebas nitrogen diinokulasi dengan larutan berseri dari
gerusan akar atau suspensi tanah rhizosfer.
Komposisi
medium NFb adalah sebagai berikut (L-1): malat (5,0 g), K2HPO4 (0,5 g), MgSO4.7H2O
(0,2 g), NaCl (0,1 g), CaCl2.2H2) (0,02 g), bromothymol blue 0,5% dalam KOH 0,2
M (2 mL), larutan vitamin filter steril (1 mL), larutan hara mikro filter
steril (2 mL), 1,64 % larutan FeEDTA (4 mL), KOH (4,5 g). Keasaman (pH)
disesuaikan menjadi 6,5 dan 1,8 gL-1 agar ditambahkan.
Larutan
vitamin (dalam 100 mL) mengandung biotin (10 mg) dan pyridoxol-HCl (20 mg)
dilarutkan pada 100 ⁰C dalam water bath. Larutan hara mikro terdiri dari
bahan-bahan sebagai berikut (L-1):CuSO4.5H2O (40 mg), ZnSO4.7H2O (0,12 g),
H2BO3 (1,4 g), Na2MO4.2H2O (1,0 g), MnSO4.H2O (1,175 g.
Setelah
inkubasi 3 – 5 hari pada suhu 30 ⁰C, satu lup kultur ditransfer ke dalam medium semi-solid
segar. Pemurnian lebih lanjut dilakukan pada NFb (diberi suplemen 50 mg ekstrak
ragi per liter) dan medium DYGS setengah konsentrasi pada media agar. Kultur
ini dipelihara pada medium DYGS setengah konsentrasi yang mengandung
bahan-bahan sebagai berikut (L-1): glukosa (1,0 g), malat (1,0 g), ekstrak ragi
(2,0 g), pepton (1,5 g), MgSO4.7H2O (0,5 g), L-asam glutamat (1,5 g) dan pH
disesuaikan menjadi 6,0.
Mekanisme Azospirillum dalam Meningkatkan Pertumbuhan Tanaman
Mekanisme
pertama yang diusulkan terhadap pemacuan pertumbuhan tanaman oleh Azospirillum
hampir sepenuhnya terkait dengan status nitrogen dalam tanaman, melalui fiksasi
biologi atau aktivitas enzim reduktase nitrat. Akan tetapi, mekanisme ini
kenyataannya kurang berarti dari sisi agronomi dari yang pernah diharapkan.
Dengan demikian, mekanisme lain telah dipelajari dan diusulkan untuk genus
mikroba ini, antara lain produksi siderophore, pelarutan fosfat, biokontrol
fitopatogen, dan proteksi tanaman terhadap cekaman, seperti salinitas tanah,
atau senyawa beracun.
Namun
demikian, salah satu mekanisme yang paling penting adalah kemampuan
Azospirillum menghasilkan fitohormon dan ZPT lainnya. Salah satu mekanisme
utama yang diusulkan untuk menjelaskan “hipotesis aditif” adalah terkait dengan
kemampuan Azospirillum sp. menghasilkan senyawa-senyawa seperti fitohormon. Telah
dikenal bahwa sekitar 80% bakteri yang diisolasi dari rhizosfer tanaman mampu
memproduksi senyawa IAA. Kemudian, diusulkan bahwa Azospirillum sp. dapat
memacu pertumbuhan tanaman melalui ekskresi fitohormon. Saat ini, kita tahu
bahwa bakteri ini mampu menghasilkan senyawa-senyawa kimia seperti auksin,
sitokinin, giberelin, etilen, dan ZPT lainnya seperti ABA, poliamin (spermidin,
spermin, dan cadaverin) dan nitrat oksida.
Aplikasi Azospirillum Di Bidang Pertanian
Aplikasi
Azosprillum dibidang pertanian masih sangat terbatas. Di banyak Negara aplikasi
Azospirillum masih dalam skala kecil .Namun demikian, di beberapa negara di
Amerika Latin, Azospirillum telah mulai digunakan secara komersial dan dalam
skala yang luas.
Inokulum
Azospirillum generasi pertama dalam skala kecil diintroduksi secara perlahan
kepada pasar pertanian.Faktor utama yang menghalangi introduksi Azospirillum
dalam skala besar adalah hasil yang tidak konsisten dan tidak dapat diprediksi.
Kelemahan ini telah diketahui sejak awal dari aplikasi Azospirillum dan
menyurutkan minat dari pengguna komersial.Dua puluh tahun evaluasi dari data
percobaan lapangan menunjukkan bahwa 60 – 70 % dari seluruh percobaan berhasil
dengan peningkatan hasil yang nyata, berkisar antara 5 sampai 30%.Faktor
keberhasilan utama adalah aplikasi sel hidup secara hati-hati dan perawatan
percobaan dengan benar.Sel-sel bakteri haruslah diambil dari fase eksponen,
bukan dari inokulum pada fase stasioner.Walaupun, inokulasi lapangan belum
menjadi area utama dari penelitian Azospirillum saat ini, beberapa percobaan
lapangan dan rumah kaca akhir-akhir ini, khususnya pada sereal, sekali lagi
menunjukkan potensial yang menjanjikan.
Teknologi
ini juga didasarkan pada produk Rhizobium yang diaplikasikan pada penyelubung
benih dalam campuran dengan peat atau menggunakan bermacam formulasi larutan
yang berbeda.Pada mulanya, hanya A. brasilense dipilih sebagai inokulan. Di
Amerika Serikat, satu produk yang disebut Azo-GreenTM, yang diproduksi oleh
perusahaan yang bernama Genesis Turfs Forages, direkomendasikan diberikan pada
benih untuk meningkatkan perkecambahan, sistem akar, tahan kekeringan, dan
kesehatan tanaman. Di Italia, Jerman, dan Belgia, produk lain yang mengandung
campuran A. brasilense (strain Cd) dan A. lipoferum (strain Br17) diformulasikan
dalam campuran vermikulit atau formula larutan. Nama komersialnya adalah
Zea-NitTM dan diproduksi oleh Heligenetics dan mereka merekomendasikan
pengurangan 30 – 40 % pupuk N bagi tanaman. Di Prancis, AzoGreenTM lain
digunakan pada jagung dengan kenaikan hasil 100%.
Walaupun
keuntungan dari inokulasi dengan Azospirillum sp. telah dijelaskan panjang
lebar, upaya untuk mengisolasi strain baru dan mengevaluasi karakteristik
terhadap pemacu pertumbuhan tanaman dalam lingkungan yang alami haruslah terus
dilakukan untuk mendukung penggunaannya di bidang pertanian sebagai inokulan
atau pupuk hayati.
II.5 Pupuk Hayati
dalam Bidang Kehutanan
Berikut
adalah beberapa pupuk hayati yang sering digunakan dalam bidang kehutanan.
Ø
M-DeC
Mikroba
perombak merupakan salah satu pupuk hayati yang dapat membantu mempercepat
proses pengomposan bahan organik menjadi pupuk organik yang siap diberikan
untuk tanaman. M-Dec: merupakan inokulan perombak bahan organik yang
mengandung, Trichoderma, sp, Aspergillus sp, dan Trametes sp Manfaat:
Mempercepat proses pengomposan sisa-sisa tanaman pertanian (jerami, seresah
jagung), perkebunan (tandan kosong kelapa sawit, blotong), dan hortikultura
(sampah sayuran), sampah perkotaan (kertas, daun sisa tanaman, potongan
rumput), kotoran hewan, sehingga dapat segera menjadikannya bahan organik tanah
yang berfungsi menyimpan dan melepaskan hara di sekitar tanaman. Keunggulan:
Lama pengomposan dengan M-Dec 2 (dua) minggu untuk menghasilkan kompos yang
sudah matang mengurangi imobilisasi hara, alelopati, penyakit, larva insek,
biji gulma, volume bahan buangan, dan masalah lingkungan.
Ø
Nodulin
Untuk
meningkatan produktivitas kacang-kacangan diperlukan inokulan bintil akar yang
dapat mperbanyak bintil akar dan perkaran tanaman melalui formulasi bahan
pembawa alami.
Nudulin: Inokulan bintil akar plus untuk tanaman
kacang-kacangan, mengandung Rhizobium sp, Azospirilum dan Bacillus sp. Manfaat:
1) mengandung bakteri bintil akar tanaman kacang-kacangan, yaitu adanya bakteri
pelarut fosfat yang berfungsi ganda menyediakan P dan K bagi tanaman dan
rizobakteria pemacu tumbuh tanaman, sehingga dapat menghemat pupuk N hingga
100%, dan pupuk P dan K dapat dihemat hingga 50%, 2) merupakan mixed microbial
fertilizer asal rizosfir Indonesia. Keunggulan: Nodulin diproses dengan
teknologi pengendalian mutu yang ketat sehingga menjamin keunggulan produk, dan
didistribusi dengan sistim terpadu agar mutu tetap terjamin unggul di
lapangan/petani.
Ø
BioNutrient
Untuk
meningkatkan kualitas pupuk organik dan efisiensi pemupukan diperlukan inokulan
penyubur dan penyedia hara bagi tanaman. BioNutrient: merupakan inokulan
penyubur tanah dan penyedia hara, untuk tanaman pangan, hortukultura dan
perkebunan. Manfaat: Meningkatkan aktivitas mikroba dalam tanah, kesuburan dan
kesehatan tanah mendukung produktivitas tanah yang berkelanjutan. Keunggulan:
1) BioNPK (biological nitrogen-phosphorus-potassium fertilizer) mengandung
bakteri penambat N2 , pelarut P dan penyedia K, serta penghasil auksin pemacu
tumbuh untuk memperkuat dan memperbanyak perakaran, 2) Meningkatkan efisiensi
pemupukan N, P, dan K pada tanaman pangan hingga 50% dari dosis rekomendasi, 3)
Dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pupuk organik, dan 4) Diproses
dengan teknologi maju melalui teknik aseptis mutakhir dan sistem pengendalian
mutu yang menjamin keunggulan produk sampai ditingkat pengguna.
Ø
DSA (Dekomposer Super Aktif)
Dekomposer
Super Aktif yang mengandung Trichodermasp
10.20. x 107 propagul/m, Aspergillussp
1,0. x 107 propagul/ml, Trametessp
2,0. x 107 propagul/ml. DSA cocok untuk mempertahankan keunggulan
mikroba, mutu terjamin diproses dengan teknologi maju. Mempunyai daya adaftas
yang luas. Dapat menghasilkan Zat Pemacu Tumbuh (ZPT) Mampu
menghambat/mengurangi penyebaran patogen tanah, dan waktu proses pengomposanya
lebih cepat (selama 3 hari).
DSA
merupakan mixed microbial dekomposer untuk meningkatkan efisiensi perombakan
bahan organik dan menunjang keberlanjutan produkrivitas tanah, mempercepat
waktu proses pengomposan,
Ø
Tithoganic
Tithoganic
merupakan pupuk kandang yang diperkaya dengan bahan mineral dan bahan hijauan
Tithonia diversifolia, yang mempunyai kadar hara N, P dan K tinggi. Tithoganic
mampu mengefisienkan dosis pupuk organik sampai 50% dengan efek yang sama,
serta dapat mengurangi penggunaan pupuk an-organik 30%. Kegunaannya
adalah Memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Menyediakan unsur hara
makro N, P, K, Ca, Mg dan S dan unsur
hara mikro Cu, Zn, Mn dan Fe serta hormon tumbuh tanaman.
Ø
Biochar SP 50
Biochar
SP 50 adalah formula pembenah tanah berbahan baku organik berupa biochar atau
lebih dikenal sebagai arang yang merupakan hasil konversi dari limbah pertanian
yang sulit didekomposisi melalui pembakaran. Keunggulan biochar dapat
mengurangi laju emisi CO2, menciptakan habitat yang baik untuk mikroorganisma
simbiotik karena mampu menciptakan lingkungan yang bersifat netral khususnya
pada tanah-tanah masam serta, bentuknya yang stabil dalam tanah sehingga mampu
bertahan dalam waktu yang lama dan berfungsi sebagai cadangan karbon. Kegunaan
mampu mempercepat proses pemulihan tanah terdegradasi terutama dalam
peningkatan pH, kemampuan memegang air (retensi air), meretensi hara,
meningkatkan karbon total tanah (karbon sink) dan KTK tanah.
Ø
Jerandi Super
Pupuk
majemuk yang mengandung lebih dari satu unsu rhara diasumsikan lebih efisien
karena mengandung beberapa unsur hara seperti N, P, K, Ca, Mg dan S dan unsur
mikro yang memenuhi prinsip keseimbangan hara, kelarutan haranya terkendali dan
lebihe konomis. Lebih efektif dan efisien karena komposisi hara disesuaikan
dengan kebutuhan tanaman dan karakteristik tanah.Dengan bentuk batangan maka
aplikasinya lebih mudah dan lebih praktis.Jerandi Super merupakan pupuk majemuk
lengkap khusus diformulasikan berdasarkan kebutuhan hara dan rekomendasi
pemupukan untuk tanaman jeruk, sifat-sifat tanah dan kandungan hara daun jeruk.
Ø
Pugam
Pugam
adalah pupuk khusus untuk lahan gambut yang berbahan baku terak baja. Pugam
bisa menekan emisi GRK mencapai 47% dgn kematanagn hemik 59% pada gambut
saprik, mampu menghemat pemupukan hanya 650kg/ha untuk tanaman jagung, kacang
dan padi. Kegunaannya adalah Untuk memperbaiki media perakaran tanaman,
memperkuat batang padi serealia, tebu sehingga lebih tahan terhadap penyakit
dan lodging, serta mampu menekan emisi GRK, Meningkatkan Unsur pH tanah,
menyediakan unsur hara slow release dan memiliki efek residu panjang.
Ø
Beta
Beta
merupakan formula pembenah tanah berbahan dasar organik dan mineral yang telah
terbukti dapat mempercepat proses rehabilitasi (pemulihan) tanah terdegradasi.
Manfaat Beta adalah memperbaiki sifat-sifat tanah, terutama struktur tanah,
kemampuan tanah untuk memegang atau menjerap air, status bahan organik tanah,
KTK (kapasitas tukar kation) dan pH tanah. Perbaikan sifat-sifat tanah tersebut
akan berdampak terhadap peningkatan produktivitas tanah.
II.6 Keunggulan Bioteknologi Pupuk Hayati
Pupuk
hayati merupakan salah satu bahan yang sangat penting dalam upaya memperbaiki
kesuburan tanah. Penggunaan pupuk hayati
tidak akan meninggalkan residu pada hasil tanaman sehingga aman bagi kesehatan
manusia. Selain itu penggunaan pupuk hayati diharapkan dapat meningkatkan
kesehatan tanah, memacu pertumbuhan tanaman dan meningkatkan produksi tanaman.
Berikut
adalah beberapa keunggula dari pupuk hayati.
Ø
Meyuburkan tanah
Pupuk
hayati mengandung mikroorganisme yang dapat mendegradasi bahan organik sehingga
mampu menyediakan unsur hara yang dapat diserap tanaman dan menghasilkan enzim
alami dan vitamin yang bermanfaat untuk meningkatkan kesuburan tanah.
Ø
Meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah
Pupuk
hayati mengandung mikroorganisme lokal (indegenous) unggul. Setiap aplikasi
pupuk hayati akan meningkatkan populasi dan aktivitas mikroorganisme ‘baik’
dalam tanah. Mikroorganisme aktif yang terkandung dalam pupuk hayati mampu
mensuplai Nitrogen untuk tanaman, melarutkan
senyawa Phosfat (P) dan melepaskan senyawa Kalium (K) dari ikatan koloid tanah, mengurai residu
kimia dan mengikat logam berat, menghasilkan zat pemacu tumbuh alami
(Giberellin, Sitokinin, Asam Indol Asestat), menghasilkan asam amino, enzim
alami dan vitamin serta menghasilkan zat patogen sebagai pestisida hayati.
Mikroorganime yang ditambahkan dalam tanah dapat membantu proses penggemburan
tanah dan mengubah zat menjadi bentuk yang dapat diserap oleh tanaman.
Penggunaan
pupuk hayati dapat meningkatkan simbiosis mutualisme antara tanaman dan
mikroorganisme yang menguntungkan.Semakin sering mengaplikasikan pupuk hayati
ke tanah menyebabkan tanah makin subur dan menyebabkan pemupukan menjadi hemat.
Ø
Meningkatkan daya serap tanah terhadap air
Penggunaan
pupuk hayati secara tepat akan menyebabkan tanah menjadi gembur. Tanah yang
gembur akan memiliki pori-pori lebih banyak guna menyalur dan menyimpan air tanah
untuk kebutuhan tanaman. Pada saat musim kemarau, tanah mampu menyediakan
air.Sementara pada musim hujan, tanah mampu menahan air sehingga resiko erosi
dan banjir dapat dikurangi.
Ø
Menyediakan hara mineral bagi tanaman
Pupuk
hayati mengandung unsur hara alami berimbang yang dibutuhkan oleh mikroba tanah
dan tanaman.Pupuk hayati mengandung mikroorganisme unggul yang memiliki
kemampuan untuk mengubah unsur hara yang tidak dapat diserap tanaman menjadi
unsur hara yang tersedia untuk tanaman.
Ø
Meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi
pertanian
Penggunaan
pupuk hayati dengan segala kemampuan dan kelebihan yang dimiliki oleh
mikroorganisme yang dikandungnya dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas
produksi tanaman pertanian sekaligus menghemat biaya produksi.
Ø
Meningkatkan daya tahan tanaman
Kandungan
hormon tumbuh alami dalam pupuk hayati dapat meningkatkan daya tahan tanaman
terhadap serangan penyakit dan hama. Kehadiran jamur Trichoderma dan
Aspergillus mampu mengatasi beberapa jenis serangga hama dan patogen penyebab
busuk akar.
Ø
Menghasilkan produk sehat dan ramah
lingkungan
Pupuk
hayati diproduksi menggunakan bahan baku alami yang diproses secara modern
sehingga tidak meninggalkan residu kimia pada tanaman dan aman untuk
dikonsumsi. Produk yang dihasilkan dari lahan yang diaplikasikan dengan pupuk
hayati lebih sehat, enak dan segar karena bebas residu kimia dan tidak
berbahaya buat dikonsumsi. Produk sayuran yang diproduksi menggunakan pupuk
hayati EvaGROW biasanya lebih tahan lama jika disimpan pada suhu ruang maupun
di dalam suhu dingin.Aplikasi pupuk hayati secara kontinu tidak menimbulkan
pencemaran lingkungan dan aman buat petani yang mengaplikasikannya.
Ø
Menghemat Biaya
Penggunaan
pupuk dan pestisida kimia pada lahan
pertanian bukan saja menyebabkan kerusakan pada tanah, tapi dapat menambah
beban produksi, karena mahalnya pupuk dan pestisida kimia. Penggunaan pupuk
hayati dan memadukannya dengan pupuk dasar kompos/ pupuk organik membuat biaya
yang dikeluarkan petani lebih kecil.
Penggunaan
pupuk hayati dapat mengurangi bahkan menghilangkan penggunaan pupuk kimia
(Urea, NPK, TSP dan lain-lain). Pada aplikasi pertanian organik, pupuk kimia
tidak digunakan sama sekali, sehingga dapat menghemat biaya. Di samping itu
penggunaan pestisida kimia harus ditiadakan, sehingga beban petani untuk
pengadaan pupuk dan pestisida kimia dapat dikurangi hingga 100%.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pupuk
hayati adalah pupuk yang mengandung mikroorganisme hidup yang ketika diterapkan
pada benih, permukaan tanaman, atau tanah, akan mendiami rizosfer atau bagian
dalam dari tanaman dan mendorong pertumbuhan dengan meningkatkan pasokan
nutrisi utama dari tanaman.
Sejarah
penggunaan pupuk pada dasarnya merupakan bagian daripada sejarah pertanian
maupun kehutanan.Penggunaan pupuk diperkirakan sudah mulai pada permulaan dari
manusia mengenal bercocok tanam >5.000 tahun yang lalu.Bentuk primitif dari
pemupukan untuk memperbaiki kesuburan Pupuk Hayati tanah terdapat pada
kebudayaan tua manusia di negeri-negeri yang terletak di daerah aliran
sungai-sungai Nil, Euphrat, Indus, di Cina, Amerika Latin, dan sebagainya
(Honcamp, 1931).Lahan-lahan pertanian yang terletak di sekitar aliran-aliran
sungai tersebut sangat subur karena menerima endapan lumpur yang kaya hara
melalui banjir yang terjadi setiap tahun.
Berikut
adalah beberapa keunggulan dari pupuk hayati .
o Menyeburkan tanah
o Meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah
o Meningkatkan daya serap tanah terhadap air
o Menyediakan hara mineral bagi tanaman
o Meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi
pertanian
o Meningkatkan daya tahan tanaman
o Menghasilkan produk sehat dan ramah
lingkungan
o Menghemat Biaya
Saran
Agar
lebih memahami materi ini, mungkin dengan cara praktek membuat produk
bioteknologi pupuk hayati dapat dilakukan. Untuk
lebih mengenal produk dari bioteknologi, bisa dilakukan dengan cara mendata
beberapa produk bioteknologi pupuk hayati. Apabila masih belum memahami
sepenuhnya, carilah referensi artikel maupun internet.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar